Hosuto Kurabu Nama Purel Pria di Jepang, Sehari Bergaji Rp 13 Juta


Berbeda dengan di Indonesia, pada umumnya kalau di Indonesia, purel pada club malam selalu tampil adanya sosok wanita cantik dan sexy. Di Jepang, ternyata profesi purel tidak di monopoli kaum hawa saja, sebab di negara itu posisi purel bisa juga sosok pria atau mereka lebih umum menyebutnya sebagai Host club pria.

Ada juga yang menyebutnya sebagai hosuto kurabu, nama itu juga merupakan nama sebuah klab malam yang menyediakan para pria untuk menemani wanita.

Para host memiliki gaya yang dianggap menarik oleh sebagian wanita Jepang. Dalam berbagai cara, mereka terlihat seperti karakter dari anime dan manga.

Hosuto yang baik sangatlah menarik. Mereka menggoda klien, menceritakan kisah-kisah yang menarik, mendengarkan masalah pelanggan, dan memperlakukan mereka seperti pelanggan yang sangat dihormati.

Anehnya, kebanyakan pelanggan host adalah hostess perempuan. Mereka bergegas menuju host club setelah selesai bekerja pada jam 2 atau jam 3 dini hari. Host club dapat beroperasi hingga menjelang siang hari. Pelanggan lainnya adalah istri atau anak perempuan dari pria kaya.

Rata-rata pria yang berprofesi Hosuto bergaji tinggi, sedikitnya mereka mampu berpenghasil Rp. 13 Juta per hari. Fantastis memang, karena para wanita membayar tarif mereka per-jam dan membelikan minuman untuk para pria.

Sama seperti purel disini, kaum Hosuto di Jepang selalu  mendorong pelanggannya untuk membelanjakan uang dalam jumlah banyak. Setiap host di dalam klab berkumpul untuk membuat pelanggan menjadi pusat perhatian.

Setiap orang ikut ambil bagian saat bersulang dengan sampanye. Mereka terkadang menyanyikan sebuah lagu atau menari. Untuk sekira 5 atau 6 menit perhatian, para wanita membayar 20.000 – 150.000 yen ($200-$1500 US).

Layanan lainnya adalah menara sampanye. Hingga 8 botol sampanye mahal dituangkan dalam menara sampanye untuk melakukan sebuah seremoni. Pelanggan mungkin menjadi fokus perhatian sepanjang malam di bar dengan biaya yang sangat mahal (biasanya sekitar 1 juta yen ~ $10.000 USD).

Pelanggan yang tidak dapat membayar tagihannya pada host club mungkin akan dipaksa untuk melacur. Ada organisasi kriminal di belakang setiap host bar.

Host dibayar berdasarkan tab bar yang mereka hasilkan. Mereka keluar ke jalanan untuk mencari pelanggan. Banyak host yang tidak berhasil (dalam karirnya) dan berhenti dengan cepat. Setiap bulannya host diberi peringkat. Rangking dari host tersebut dipasang di klab untuk dilihat oleh pelanggan. Host paling top dapat mengumpulkan gaji yang tinggi. Ada bonus besar untuk host yang memenangkan kontes penjualan bulanan.

Fenomena Wanita Karier Jepang

Banyak wanita karier dengan kantong tebal di Jepang. Mereka sibuk bekerja demi uang. Akibat kesibukan itu mereka tidak punya waktu bersosialisasi.

Jangankan berpacaran, sekadar ngerumpi sambil minum kopi bareng teman saja tidak sempat. Padahal, beban kerja yang tinggi membuat mereka butuh seseorang untuk melampiaskan emosi.

"Saya sedang ingin merasa berbunga-bunga," kata Aki Nitta.

Maka, malam itu dia melangkahkan kaki ke Kabukicho, distrik lampu merah Kota Shinjuku, Prefektur Tokyo. Setelah membaca beberapa plang nama, dia kemudian masuk ke salah satu kelab malam paling populer di sana.

Segera saja, dia memilih tiga pria ganteng dan membeli sebotol sampanye. Dalam hitungan menit, Nitta dan tiga male host Kabukicho itu sudah akrab.

Bagi pebisnis sukses seperti Nitta, kehadiran male host atau geisha (di awal kemunculannya, geisha adalah pria) adalah solusi.

"Pria-pria Jepang bukan tipe penyayang yang suka mengekspresikan perasaan mereka. Tapi, para host ini beda. Mereka selalu memperlakukan perempuan layaknya putri. Jadi, saya tidak peduli berapa biaya yang harus saya keluarkan asal mereka memanjakan saya," katanya.

Dalam satu bulan, perempuan 27 tahun asal Kota Nagoya, Prefektur Aichi, itu menghabiskan uang USD 10.000 atau sekitar Rp 133,7 juta untuk "membeli" perasaan berbunga-bunga.

Saat ini ada sekitar 800 kelab yang menyediakan jasa geisha di seantero Negeri Sakura itu. Sebanyak 260 di antaranya terletak di Tokyo. Sebagian besar ada di Kabukicho.

Jumlah itu pun dipastikan bakal terus merangkak naik. Apalagi, jumlah male host kian bertambah. Belakangan, jumlah pelanggan kelab malam di jalanan sempit Kabukicho semakin banyak. (AFP/southchina morningpost/Berbagai sumber)



0 Response to "Hosuto Kurabu Nama Purel Pria di Jepang, Sehari Bergaji Rp 13 Juta "

Posting Komentar