Jelang Pilkada DKI, Internal Partai Hanura Jakarta Pecah

Rahmat HS menyatakan mundur dari jabatan sebagai Wakil Ketua DPD Partai Hanura DKI Jakarta bidang Organisasi, Kaderisasi dan Keanggotaan.

Mengapa? Sebab, Rahmat kecewa berat karena partainya memutuskan mendukung pencalonan Basuki Tjahja Purnama (Ahok) sebagai calon gubernur DKI pada Pilkada 2017 nanti.

Surat pengunduran diri disampaikan Rahmat dalam sepucuk surat yang ditekennya per hari ini dan dikirim ke Ketua DPD Hanura DKI Mohamad Sangaji.

Dalam surat tersebut, dia menyatakan dukungan terhadap Ahok sangat tidak bisa diterima akal sehat. Baginya, dukungan yang diberikan terhadap Ahok menunjukkan partai tidak punya hati nurani.

"Partai Hanura dengan jargon hati nurani bisa mendukung calon gubernur, yang menurut saya, justru tindakannya tidak punya hati nurani. Misalnya, bicara kasar cenderung kotor, suka menggusur rakyat kecil, menuduh DPRD maling, dan sulit dijadikan teladan untuk warga Jakarta, khususnya generasi muda Jakarta," kata Rahmat di Sarinah Building, Thamrin, Jakarta Pusat, Minggu (27/3/2016).

"Apalagi Partai Hanura DKI Jakarta dengan fraksinya yang ada di DPRD DKI mempelopori hak angket terhadap Ahok yang melanggar perundang-undangan mengajukan RAPBD 2015 yang bukan hasil pembahasan bersama DPRD DKI," sambungnya.

Dia mengatakan, Ongen Sangaji mengancam kader Hanura yang tidak mendukung Ahok akan dipecat.

"Rembukan keputusan deklarasi kemarin itu teman-teman dikumpulkan dengan tekanan. Ongen Sangaji mengancam semua kadernya, termasuk saya. Kalau tidak mendukung Ahok: pilihannya hanya tiga: diam, keluar, atau dipecat," kata dia.

Tidak hanya Rahmat, Wakil Ketua DPD Hanura DKI bidang Pembinaan Eksekutif dan Legislatif, Bustami, juga mengundurkan diri.

Di tempat yang sama, Bustami mengatakan, ada pemaksaan yang dilakukan Ketua Umum Hanura Wiranto dan Ketua DPD DKI Jakarta Hanura Muhammad Ongen Sangaji.

"Ada pemaksaan dari Wiranto terhadap tata kelola organisasi. Ini yang membuat kami menolak intervensi kekuasaan. Ada pemaksaan kehendak, baik dari Ongen maupun Wiranto," ujarnya.

Menurut dia, penetapan calon gubernur dari Hanura seharusnya ditetapkan melalui mekanisme penjaringan terlebih dahulu. Sedianya, baru bulan Mei 2016 nanti dilaksanakan rapat pimpinan untuk membawa nama kandidat ke DPP.

"Tapi beberapa hari lalu DPP melakukan rapat dengan sebagian anggota DPD dan memutuskan mendukung Ahok," sesalnya.

Rachmat HS memprediksi calon gubernur petahana Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok tidak akan memenangi gelaran pilkada 2017 mendatang.

"Ahok itu diberi cek kosong dan kayak bawang goreng yang ngambang di atas tapi bawahnya kosong. Tak ada yang milih," ujarnya.

Rachmat yang juga Ketua Umum Forum Pemuda Betawi (FPB) memastikan 90 persen kader Hanura tidak sejalan dengan keputusan Ketua Umum Wiranto dan Ketua DPP Hanura DKI Jakarta Ongen Sangaji yang mengusung Ahok di Pilgub DKI Jakarta 2017 nanti.

"Saya jamin kader Hanura, DPD dan ranting Hanura 90 persen tidak milih Ahok," katanya.

Pasalnya, Rachmat menilai motivasi Wiranto mendukung Ahok hanyalah sebatas kepentingan kekuasaan, bukan berdasarkan hati nurani sebagaimana jargon partai.

"Padahal Hanura banyak kader (yang bisa diajukan menjadi cagub)," ujarnya.

Karena itu, dia dengan tegas menyatakan mundur dan menyerahkan jabatannya dari struktur Hanura. "Saya malu ikut Hanura kalau mendukung cagub yang menurut saya tidak punya etika tutur kata sopan santun kepada warga Jakarta. Apalagi secara historis, Hanura paling depan memerangi Ahok. Ini sangat ironi, akhirnya Hanura dukung Ahok," tegas Rachmat. *

Editor: Iffah
Sumber : Rakyat Merdeka

0 Response to "Jelang Pilkada DKI, Internal Partai Hanura Jakarta Pecah"

Posting Komentar